Pages

Sunday, April 26, 2015

Sejarah Berdiri

A.   SEJARAH MADRASAH
Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong mempunyai akar sejarah perkembangan yang lumayan panjang. Sebelum lembaga pendidikan formal ini berdiri, telah berdiri terlebih dahulu Pondok Pesantren Darul A’dham yang merupakan cikal bakal terbentuknya Madrasah  Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong. Karena keterkaitannya yang sangat erat sangat mustahil menulis sejarah perkembangan madrasah ini tanpa mengulas sejarah berdirinya pondok pesantren Darul A’dham. Guna  mempermudah pemahaman, dalam laporan ini kami pisahkan menjadi dua bagian yaitu sejarah berdirinya pondok Pesantren Darul A’dham dan sejarah pendirian serta perkembangan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong.
Tetapi sebelum masuk dalam sejarah dan perkembangan berdirinya Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong, penulisan sejarah ini akan masuk pada sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Muhamamdiyah 2 Yanggong sebab merupakan embrio berdirnya MTs Muhammadiyah Yanggong yang tidak bisa dipisahkan dari akan sejarah yang bermula dari pondok darul a’dham. Berikut perjalanan sejarah tersebut.
              A.1    Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darul A’dham
1.    Pendiri Pondok Pesantren
Setiap pendirian lembaga pendidikan sudah barang tentu ada pendirinya. Begitu pula dengan Pondok Pesantren Darul A’dham Yanggong. Pondok pesantren ini didirikan oleh K. Abdul Alim yang masih merupakan keturunan darah biru yaitu keturunan kesepuluh dari Sultan Rachmat Ngampel(Sunan Ampel) Surabaya.
K. Abdul Alim dilahirkan di Majasem desa Madusari Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo pada tahun 1842 Masehi. Sejak kecil beliau telah banyak belajar ilmu-ilmu agama seperti membaca Al-Qur’an, Tafsir, Fiqih, Ushuludin, Hadits dll. Selain belajar ilmu-ilmu agama beliau juga belajar ilmu kanuragan dan ilmu politik dari ayahandanya sendiri. Setelah menikah dengan putri dari Kepel, Carangrejo, Sampung. Beliau sempat berpindah-pindah dan menyebarkan ilmu agama di beberapa tempat sebelum akhirnya bertempat akhirnya bertempat tinggal di Yanggong.
Sebelum pondok Darul A’dham  berdiri, pada awalnya tempat berdirinya pondok pesantren ini berupa hutan belantara yang dikenal dengan hutan Yanggong. Yanggong sendiri berasal dari bahasa jawa “Sanggong” yang berarti suatu tempat untuk mengintai binatang buruan. Hutan yanggong sebenarnya dua kali dibuka. Yang pertama oleh K. Moh. Ngarib. Tak lama kemudian keluarga ini mengalami penyerbuan oleh penjahat yang merebut semua hak miliknya. Akhirnya beliau meninggalkan tempat tinggalnya dan berpindah ke tempat  lain sehingga tempat tersebut menjadi hutan kembali selama kurang lebih 50 tahun. Kemudian datanglah K. Abdul Alim dan para santrinya untuk menebang hutan Yanggong dan mendirikan pemukiman baru.
Pada tahun 1872 M, K. Abdul Alim mendirikan Pondok Pesantren, dengan ditandai  surau, dan asrama yang diberi nama Darul A’dham. Santri di ponok pesantren ini berjumlah 40 orang. Kemudian pondok ini semakin berkembang sehingga mengkhawatirkan pihak Belanda yang waktu itu menjajah Indonesia. Tapi karena dikelilingi oleh hutan bamboo yang lebat, pihak Belanda tidak mampu menemukan Pondok Pesantren ini.
2.     Perkembangan Pondok Pesantren
Pondok pesantren Darul A’dham sejak berdiri hingga sekarang telah berganti Pimpinan/Kyai sebanyak lima kali. Adapun kelima Pimpinan itu ialah:
1.    K. Abdul Alim
2.    K. H Muhammad Bisri
3.    K. Djalaludin Machali
4.    K.H Sayuti Hadi Kusna
5.    K. H Badar Tamami
Materi Pendidikan di Pondok Pesantren Darul A’dham mengalami tiga kali Perubahan yaitu:
a.    Pada masa kepemimpinan K. Abdul Alim dan K. H Moh Bisri (1872-1941)
Pada masa ini materi yang di ajarkan adalah membaca Al Quran, Tafsir, Fiqh, Hadits, Nahwu/Sharaf dan Ilmu Kanuragan. Pada masa K.H Moh Bisri ilmu kanuragan tidak lagi diajarkan tetapi beliau menambah materi Syari’ah dan Aqidah Islam yang dipertegas. Beliau melarang adanya Bid’ah, Khurafat, dan Takhayul dalam Aqidah Islam. Karena latar belakangnya yang ahli Tafsir, pada masa K.H Moh Bisri terjadi pemahaman Islam yang mendalam.
b.     Pada masa kepemimpinan K.H Djalaludin Machali (1941-1947)
Walau hanya sempat memimpin selama 6 tahun, K.H Djalaluddin Machalli memberi perubahan yang sangat besar yaitu model pendidikan yang sebelumnya salafiyah mulai dibuat lebih modern dengan adanya Madrasah Diniyah malam yang diberi nama “Madrasah Amalan Sholihan (A.S)’’
Pada tahun 1947 jumlah santri sudah mencapai 300 orang. Akan tetapi karena adanya gangguan keamanan yang terus menerus akhirnya K.H Djalaluddin Machali meninggalkan Pondok Pesantren beserta seluruhnya asetnya tanpa kesan dan pesan apapun sehingga para santrinya satu persatu pergi karena gangguan keamanan tak kunjung henti. Pada akhir tahun 1948 Pondok Pesantren ini vakum, tidak ada kegiatan sama sekali.
c.    Pada masa kepemimpinan K. H sayuti Hadi Kusna dan H. M Badar Tamami (1954-sekarang).
Pada awal 1954 K.H Sayuti Hadi Kusna dan para tokoh lain seperti Moh. Idris Joyo Sudarmo, H. Agus Thoyyib, H. Dasuki Rowi dan Bapak Muniran kembali mengaktifkan kegiatan Islam di Yanggong. Pada tahunitu juga berdiri Kepengurusan Ranting Muhammadiyah di Yanggong. Sejak saat itu Pondok Pesantren dihidupkan kembali. Bahkan kemudian Bapak Sayuti Hadi Kusna menjadi Ketua Ranting Muhammadiyah Yanggong sekaligus ditunjuk sebagai pimpinan Pondok Pesantren Darul A’dham yang telah direvitalisasi.
Sejak saat itulah model pendidikan diubah dari yang tadinya salafiyah menjadi modern. Peran Organisasi Muhammadiyah dan Ortonomnya sangat membantu perintisan pendidikan modern di Yanggong. Sejak saat itu cikal bakal Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong mulai terbentuk.
              B.1    Sejarah Pendirian Dan Perkembangan MTs Muhammadiyah 3 Yanggong
Awal mula pendidikan formal di Yanggong masih berupa Madrasah Diniyah Malam yang tenaga pengajarnya adalah K. H Sayuti Hadi Kusna, Bapak Suradji dan Bapak Abdur Rahman. Materinya pelajarannya adalah fiqih, baca tulis Al-Qur’an, menulis huruf hijaiyah, tajwid, aqiqah islam dan bahasa arab. Sistem mengajarnya sudah klasikal namun belum ada kenaikan kelas. Keadaan seperti ini berjalan ini berjalan hingga tahun 1956.
Pada tahun 1957 mengalami sedikit kemajuan dengan dikenalnya sistem kenaikan kelas dan proses belajar mengajar sore hari. Hal ini berlangsung hingga tahun 1960.
Peristiwa yang cukup penting terjadi pada tahun 1963 tepatnya tanggal 1 Maret 1963 dengan didirikannya Madrasah Wajib Belajar (MWB) yang materi pendidikannya sudah mengacu pada Departemen Agama yaitu 75% pelajaran agama dan 25% pelajaran umum.
Tahun 1964 Departemen Agama memberlakukan peraturan baru yaitu Madrasah Wajib Belajar harus diubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI). Setahun kemudian, tepatnya tahun 1965, sudah mendapatkan bantuan guru dari Departemen Agama.
Pendidikan merupakan kunci utama menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan bekal ilmu pengetahuan yang banyak seseorang akan lebih bijak dalam menjalani hidup dan melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Ilmu Pengetahuan dan Iman yang kuat akan menjadikan manusia insan yang kuat akan menjadikan manusia insan yang utama. Kesadaran seperti ini telah tertanam dalam benak masyarakat Yanggong khususnya warga Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiah. Kesadaran tersebut mendorong keinginan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik bagi tunas bangsa guna menghadapi kemajuan zaman.
Bersamaan dengan pencanangan Repelita 1 di Jakarta, warga Muhammadiyah dan Aisyiah Yanggong pada 1 April 1969 mengadakan Apel Pencanangan Pendirian Lembaga Pendidikan Lanjutan. Setelah pencanangan tersebut terjadi diskusi dan pembicaraan serius terutama oleh tiga orang tokoh yang sangat menginginkan segera terwujudnya lembaga pendidikan lanjutan. Ketiga orang tersebut adalah:
1.    K.H Sayuti Hadi Kusna
2.    Munadji
3.    Kasan Duriyat
Ketiga tokoh tersebut merupakan konseptor dan perencana pendirian lembaga pendidikan lanjutan.
Maka pada tanggal 5 Januari 1970 secara resmi berdiri sebuah lembaga pendidikan formal yang diberi nama “Mualimin Mualimat Muhammadiyah Yanggong”. Peresmian tersebut dihadiri pejabat dari Departemen Agama Kabupaten Ponorogo, tokoh Muhammadiyah dan Aisyiah  Yanggong.
Pada awal berdirinya, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kediaman
K. H Sayuti Hadi Kusna. Proses Belajar mengajar berlangsung pagi hari. Siswa-siswa angkatan pertama berjumlah pertama berjumlah 18 orang dengan tenaga pengajar 12 orang. Materi pendidikan sudah mengacu pada kurikulum yang ditetapkan Departemen Agama.
Mualimin Mualimat Muhammadiyah Yanggong sejak awal sudah berdiri sudah menetapkan peraturan wajib berjilbab bagi para siswinya. Sekolah ini mungkin adalah lembaga pendidikan formal pertama di Kabupaten Ponorogo yang pertama kali menerapkan peraturan wajib berjilbab bagi para siswinya. Sekolah ini mungkin adalah lembaga pendidikan formal pertama di Kabupaten Ponorogo yang pertama kali menerapkan peraturan wajib berjilbab. Sekolah ini mempunyai jenjang pendidikan 6 tahun. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari hari Sabtu hingga Kamis. Hari liburnya adalah hari Jum’at. Libur hari Jum’at masih berlaku hingga saat ini. Pada tahun 1973 kegiatan belajar mengajar dialihkan di serambi masjid Darul A’dham.
Pada tahun 1974 Mualimin Mualimat Muhammadiyah Yanggong menyelenggarakann ujian persamaan PGAN 4 tahun. Pada tahun ini juga Mualimin Mualimat mulai menempati ruang kelasnya sendiri. Tahun 1976 sekolah ini kembali menyelenggarakan ujian persamaan PGAN 6 tahun. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan membuat lembaga ini bisa terus eksis berdiri dalam rangka turut mencerdaskan bangsa.
Seiring dengan terbitnya Surat Keputusan bersama (SKB) tiga menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maka Madrasah Mualimin Mualimat pun mengadakan perombakan. Sesuai dengan peraturan tersebut maka pada tahun 1978 Mualimin Mualimat muhammadiyah dipecah menjadi 2 sekolahan yaitu Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggongdan Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 Yanggong. Materi pendidikan yang diajarkan juga sesuai dengan kurikulum Departemen Agama. Hanya saja dari materi yang ada pihak sekolah mengambil kebijakan agar pendidikan agama tetap mendominasi kegiatan belajar mengajar di madrasah ini.
Sejak tahun 1978 sampai sekarang nama  Madrasah ini tidak berubah. Madrasah ini berada dibawah naungan Organisasi Muhammadiyah dan dibina oleh Pengurus Daerah Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhmmadiyah.
Karena dibawah naungan Muhammadiyah maka Organisasi Intra Sekolah pun bernuansa KeMuhammadiyahan. Saat ini di sekolah ini ada tiga Organisasi  Intra Sekolah yaitu OSIS, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Organisasi kepanduan Hisbul Wathan (HW).
Seiring dengan perjalanan waktu, sarana dan prasarana disekolah ini semakin maju. Berikut adalah keberhasilan  Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong dalam mengembangkan sarana prasarana:
Tahun 1970       dimulainya pembangunan gedung Mualimin.
Tahun 1978       membangun gedung MTs sebanyak 2 ruang.
Tahun 1979       membangun kantor guru sebanyak 1 ruang.
Tahun 1984       membangun asrama sebanyak 4 ruang.
Tahun1990        merenovasi masjid
Tahun 1997       membangun local kelas 1 ruang.

Tahun 2002       membangun gedung untuk perpustakaan dan Laboratorium komputer, sebanyak 2 ruang. Saat ini madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 terus meningkatkan mutu guna memberikan bekal yang sebaik-baiknya bagi para siswanya. Dengan semangat menegakan amar ma’ruf nahi munkar kedepan sekolah ini ingin berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikann pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat sekitar. 

1 comments: